"Saat virus traveling menyerang, aku tak butuh penawar karena aku tahu sepanjang hidupku aku akan terinfeksi dengan bahagia." #EEEEEaaaaaaa
View Merapi dari tanjakan menuju saban 2 capt :junapey |
Pesan singkat via wassap siang itu, "Pe, ke Merbabu yukk !!!. Membawa saya ke suatu tempat yang memang sudah ada dalam daftar wajib dikunjungi di tahun 2014. Merbabu,,iyaa kamu ,kamu Merbabu. Tanpa berfikir terlalu lama segera saya membalas pesan wasap itu dengan text persetujuan, "Boleh ,!!!! jawabku singkat dan sarat makna persetujuan. Pesan wassap dari travelmate tiga tahun silam Andhika Pradana alias si_ben benar benar membawa langkah ini untuk memijakan kaki di salah satu puncak Merbabu 3142 Mdpl.
Segere mengabarkan kepada kk tercinta kk Anik yang setahun ini selalu tidak pernah absen menemani setiap perjalanan saya,dan selalu ada dalam setiap catatan perjalanan saya,selalu antusiat ketika ada ajakan melipir dan kalaupun beliau tidak bisa ikut menemani perjalan selalu memiliki alasan yang kuat, tidak dibuat-buat dan kalaupun terpaksa tidak bisa menemani satu ajakan melipir menolakpun dengan halus tanpa menyakiti perasaan yang memberi ajakan. Racun kedua menebar ke kk Iyang, saya yakin kk Iyang 99.999 % yakin kk Iyang bakal menerima ajakan ini. Karna dua bulan sebelumnya kami sudah berencana mlipir ke Merbabu namun karena situasi dan kondisi, harus rela perjalanan kami batalkan. Oke fix,,saya sakit, terhitung semenjak awal Agustus dan ketika hari H pendakian Merbabu saya belum sehat sepenuhnya.
Sabtu,27 September 2014
Oke!!!, tidak terasa hari Sabtu tlah tiba,, horee libur tlah tiba, dan lebih sedihnya lagi hari ini masih kebagian piket dan masih masuk kantor. Untung saja tiket KA Matarmaja yang kami pesan mundur satu jam dari jadwal semula 17.00 WIB. Usai kantor saya segera meluncur ke kost untuk packing sedari pagi memang belum packing duhh kebiasan lama, packing selalu di last minute, keberadaan mbak Wulan di kost sejak pagi hari sangat membantu, beberapa intruksi yang saya berikan dari kantor banyak yang dikerjakan,*ni anak kecil nyuruh-nyuruh orang tua yaak* mulai dari menjemur SB yang saya cuci dihari H walhasil nasib SB masih setengah kering ketika kami packing ahhahaa, kemudian memasak nasi dan menggoreng tongkol untuk bekal kami, sebenarnya tidak begitu yakin juga mengintruksikan menggoreng ikan tongkol ke mbak Wulan, benar saja ikan yang sebesar itu hanya dicuci dan dan digoreng tanpa di belah Tuhaaaaannn :( pliss mbak plissss plissss yasudah dimaklumi saja mbak wulan memang jarang masak. Jadi ini bisa jadi bahan pemakluman :( ,untuk gak saya suruh masak sayur .:D
Pulang ke kost sudah ada Yoga dan Max duet adik-adik narsis ini yang sangat membantu dan memperlancar perjalanan dan acara mlipir ke Merbabu, tapi sayang sekali Yoga -Max tidak ikut serta dalam perjalanan kali ini, mereka berdua hanya mengantarkan beberapa perabot lenong yang saya butuhkan. Dan lagi- lagi Yoga serta Max sangat berjasa dalam membantu packing keril saya, duh betapa bersyukurnya ada kalian disaat yang tepat. Trimaksih Max, trimakasih Yoga jasa kalian benar-benar tidak akan kami lupakan. Maafkan kami, kami duluan yaa nak-kanak children. Setelah packing usai kami segera berangkat ke stasiun Kota Baru, lagi-lagi Max-Yoga memperlancar perjalanan kami, kalian memang adik-adik yang manis. Keril kami diantar oleh mereka berdua, dan saya menyusul dengan naik angkot menuju stasiun.
Setelah rampung saling berpamitan kepada Yoga serta Max, segera saya dan mbak Wulan menuju boarding tiket, masuk ke gerbong 3, dan tampak masih lenggang dalam gerbong, selanjutnya menikmati tujuh jam perjalanan dalam KA Matarmaja bersama mbak Wulan. Perjalanan ini, adalah kali pertama hanya berdua dengan mbak Wulan, tanpa mbak Anik, maupun Dee, terasa ada yang kurang memang. Tapi satu hal yang perlu diingat ,setiap perjalanan dengan cerita-nya sendiri dan kali ini adalah tentang perjalanan kami yang tanpa mbak Anik,ataupun Dee.
Dinihari-Minggu,28 September 2014, pukul 12.02 a.m, KA Matarmaja yang kami tumpangi berhenti di stasiun Solojebres. Sesaat suasana ini membangkitkan kenangan lama, tidak banyak berubah memang dinding-dinding tuanya menjadi saksi perjalanan jutaan orang, menyimpan sejarah dari setiap perjalanan. Membangkitkan nostalgia akan kenangan bagi para pecinta kereta, tidak terkecuali saya pribadi yang pernah hanyut terbuai stasiun ini saat menanti KA ekonomi Matarmaja dari Jakarta menuju Malang Maret dua tahun silam. Dinding tuamu, bangku-bangku panjangmu, nasi kucing depan stasiun, dan ronde hangat gerobak depan dan malam ini tengah malam itu arrhhhgg kamu lagi ,kenangan lama itu sesaat sempat terekspos jelas dalam ingatan ketika langkah pertama turun dari kereta."Ahhhh sudahlah cukup!!!,kenangan itu.
Segera mengabarkan kepada Andhika, Andhika yang telah berangkat dari ibukota tiba di Solo semenjak sore kemarin sediaannya dia akan menjemput saya dan mbak Wulan disini, berhubung seorang rekan dari Jakarta masih belum tiba ,terpaksa kami harus menunggu sedikit lebih lama menantinya. Sambil menanti kedatangan seorang rekan dari Jakarta yang akhirnya saya tau mas Edy nama-nya, yang datang 2 jam kemudian dari jadwal semula. Saya sempatkan untuk solat malam,makan makanan yang kami bawa dari malang (jam nya saur euy :D),Packing ulang.
Kedatangan mas Edy tepat pukul 02.00 WIB, sekalipun belum pernah bertemu namun saya segera mengenali sosoknya, bagaimana tidak,sepertinya orang-orang seperti ini mudah dikenali dengan cara berpakaian-nya anak gunung ciiinnn hahahaaa. Saling bersalaman dan memeperkenalkan diri.
Selang berapa saat Andhika dan rombangan tiba di depan stasiun dengan laskar pick-up nya,mobil bak terbuka ini yang akan membawa kami menuju kaki Gunung Merbabu basecamp Selo. Setelah saling sapa dan berkenalan dengan tim : Ada Andhika sebagai pak ketua,dibangku depan ada Sofi serta Fatin .Selanjutnya kami terdiam diatas bak pick up membelah malam jalanan Solo-Boyolali. Kerlap-kerlip gemerlapnya kota Jogjakarta-Solo hingga Boyolali dan sekitarnya kami nikmati di malam yang penuh bintang-gemintang. Sorotan lampu kepala para pendaki yang mungkin saat itu summit di lereng-lereng Merapi terlihat jelas dari jalanan New Selo-Ketep Pas, siluet puncak Merapi terlihat gagah di terangnya malam. Satu kesempatan ,dan waktu yang saya syukuri bisa berada di kesempatan,dan tempat ini.
Pukul 03.30 subuh dinihari kami tiba di base camp Selo, kami segera menurunkan keril kami satu persatu dari mobil bak terbuka, kemudian segera menuju basecamp terdekat. Ada beberapa base camp yang terletak tidak jauh dari pintu pendakian Selo, dan pilihan pertama kami adalah base camp pak Parman. Base camp pak Parman yang tersohor dikalangan para pendaki yang nama-nya juga banyak beredar dibeberapa catatan perjalanan pendaki Merbabu. Dibeberapa bagian ruangan basecamp yang tampak penuh oleh puluhan pendaki dan rombongan masing-masing, teras depan, ruangan dalam yang lebih luas pun penuh, mushola yang terdapat di dalam basecamp pun tak luput dari kesesakannya. Basecamp yang luas itu pun mendadak seperti tempat pengungsi, iyaa pengungsian para pendaki yang kelelahan stelah berjibaku dengan tanjakan dan turunan selepas turun dari 3142 MDPL. Beruntung masih ada kursi di teras yang bisa kami manfaatkan untuk sekedar menyandarkan punggung, dan kebetulan saya mendapat kursi panjang, sedikit mencoba memejamkan mata sebelum subuh tiba. Seingat-nya mata ini belum terpejam sedikitpun semenjak kami barangkat sore kemarin.
Berpose di pintu pendakian Selo |
Rencana awal kami akan memulai pendakian di awal hari, namun pada kenyataanya kondisi fisik yang mengantuk terpaksa kami menambah beberapa jam untuk mengistirahatkan mata, terutama saya yang belum sempat tidur sedari tadi malam. Tepat pukul 09.00 WIB setelah melakukan registrasi, kami bersiap untuk memulai pendakian, sempat mampir di basecamp sebelah, untuk memesan beberapa bungkusan makan siang untuk kami. Practise pukul 10.00 WIB kami benar-benar memulai perjalanan.
Bertolak dari basecamp milik pak Pak Parman, dikaki gunung Merbabu menuju pintu pendakian Selo, tak lupa pose wajib depan gerbang :D. Konon jalur Selo merupakan jalur yang memiliki banyak bonus. Benar saja banyak bonus diawal trek, namun kondisi jalur yang kami laluli Minggu pagi menjelang siang itu benar-benar penuh dengan debu.
Puncak musim kemarau kering yang melanda beberapa bulan terakhir berada pada titik puncaknya. Tak terkecuali gunung Merbabu. Kondisi cuaca yang terik serta beban keril yang penuh air, tanjakan yang aduhai berkolaborasi dengan debu, inilah kondisi yang nyaris menghentikan langkah kaki saya untuk menapaki satu diantara ketujuh puncak Merbabu. Mood mengambil gambarpun seolah sirna tertelan oleh debu-debu ini. Disisi lain debu-debu inilah yang menyelamatkan warna kulit saya yang tidak putih ini baca;(item-manis) manis nya ilang tinggal itemnya :D . Debu tebal yang menempel dipermukaan kulit berhasil melindungi diri dari sengatan panas mentari Merbabu,top sunscreen alami.
Menyusuri hutan pinus ditengah kemarau menuju pos 1, banyaknya pendaki yang turun, dan berpapasan menambah semaraknya-nya kepulan debu, tak jarang kami menunggu dan berbalik badan menunggu hilangnya debu bersama sapuan angin. Kali ini saya benar benar sebagai tim penyapu kondisi perut yang belum sepenuhnya sehat beberapa minggu terakhir ,menjadi beban tersendiri magh akut yang belum sepenuhnya prima kembali menyerang . Pelan namun pasti,langkah kaki ini terus berjalan tepat pukul 11.00 a.m kami tiba di pos 1. Sudah ada fatin,sofi dan mas Edy. Si ben mengintruksikan saya dan mbak Wulan untuk tetap berjalan ,karena baru 3 menit yang lalu kami beristirahat. Pos 1 tampak luas, dari luas nya mugkin bisa untuk mendirikan 2 buah tenda .
Lepas dari pos 1,trek yang dilalui menuju pos 2 adalah hutan tropis, cukup sejenak meredakan debu-debu sepanjang jalur, sejuk dan landai suatu bonus di awal perjalanan. Separuh perjalan menuju pos 2 ,dihadapkan pada tanjakan yang cukup terjal, tanjakan terjal kontras dengan jalur berdebu cukup menguji mental, belum lagi harus saling bergantian dengan para pendaki yang turun, debu tidak terelakan. Setelah melewati tanjakan, kami tiba di pos bayangan yang kami kira adalah pos 2. Beristirahat sejenak, mengambil foto dan benar-benar mood mengambil foto berada titik terendah sama sekali tidak bernafsu mengambil gambar. Menjelang tengah hari kami tiba di pos 2. Di atas sebidang tanah di pos 2, ditengah rimbunnya pohon raspberry hutan sambil melepas lelah dan membuka bekal, saya lebih memilih untuk terlelap.
Tersadar dari tidur dipos 2, segera kami bersiap melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Meninggalkan pos 2 artinya kami meninggalkan wilayah hutan disambut dengan pemandangan terbuka, sebenarnya cukup indah view ini namun lagi-lagi view musim kemarau serta debu sukses mencover pohon-pohon raspberry, deretan edelweys, bahkan disisi yang lain tambak pohon menghitam jejak-jejak kebakaran. Berselang 30 menit kami tiba di pos 3 . Pos terbuka,dataran yang cukup luas untuk mendirikan tenda dan tenda-tenda warna-warni telah banyak berdiri. Pos 3 bukan tujuan kami.,setelah beristirahat beberapa saat kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4.
Mereka di sabana 1 |
Menikmati sore hari sabana 1, sejauh mata memandang pucak-puncak Merbabu terlihat jelas, disisi lain kokohnya merapi sesekali tersingkap oleh kawanan awan putih di sela-sela edelweys yang menjulang semakin syahdu, menjelang sore di sabana yang indah di salah satu tanah tertinggi tengah pulau Jawa. Sebenarnya kami bisa mendirikian tenda di sabana1 namun sepertinya sabana 2-lah yang menjadi tujuan kami untuk menginap. Bergegas menyiapkan diri untuk menempuh perjalanan menuju sabana 2.
Mereka disabana 1 part2 |
Menuju sabana 2 |
Menyususri sabana 2 part II |
Belum tiba di atas tanjakan sempurna, mbak Wulan yang memang baru kali pertama mendaki diatas 3000 mdpl mengalami sedikit masalah kondisi ini yang saya khawatirkan. Saya bisa berbuat apa, apa yang bisa saya lakukan. Menyadari ketertinggalan kami dari teman-teman menambah panik keadaan. Mbak Wulan hampir menyerah, iyaa dia pasrah, apa yang bisa saya lakukan untuknya. Sayapun menyadari kondisi fisik saya yang memang kurang prima menghambat perjalanan saya pribadi. Melihat di timur sudah mulai gelap, kini senja mengarah ke barat dan kami masih berada di separuh tanjakan. Entah darimana datang-nya kekuatan itu, entah darimana hadir-nya kekuatan yang tiba- tiba menyusup kedalam diri tapi saya sadar semua itu karena pertolongan ALLAH. Dengan sekuat tenaga yang tiba-tiba hadir ,mencoba memberi semangat dan kekuatan untuk mbak Wulan, memberi minuman untuk sekedar penghalau kepesimisan untuk berhenti melangkah Alhamdulillah berhasil terimaksih ya ALLAH,dengan beban keril saya pribadi serta sekaligus menggendong daypack mbak Wulan yang saay itu tidak memungkinakan untk mbak Wulan menggendong keril-nya.Dengan nafas ,dan ketakutan dalam diri masing-masing kami berjalan menapaki tanjakan yang tinggal beberapa langkah lagi. Sesekali hampir menyerah lagi, namun kata-kata penyemangat terus saya ucapkan untuk diri saya pribadi dan mbak Wulan. Sampai disini saya menyadari ada rasa bersalah yang menghantui, "ini mbak wulan anche,ini bukan mbak anik,ini bukan dee,ini mbak wulan.! Maafkan saya mbak telah mengajakmu sejauh ini. Tapi aku yakin dengan penuh keyakinan mbak Wulan pasti bisa.
Setelah tiba di dataran sempurna sebelum sabana 2, kondisi mbak Wulan yang sudah cukup stabil dan senja sore itu mungkin bisa sedikit membantu memulihkan kondisi mbak Wulan. Beberapa moment senja masih sempat saya abadikan *gak tau diri banget gue sempet-sempetnya yaa kekekek* :D. Rampung senja segera bergegas menuju sabana 2 yang sudah tidak jauh lagi, menyusur trek terbuka dan sedikit menurun dan landai. Kami tiba di sabana 2. Disambut dengan sabana luas membentang dan dilindungi edelweys-edelweys tinggi yang beraturan. Kami mendapati Andika, mas Edy, Sofi serta Fatin sudah sibuk menyiapkan tenda. Tidak ada pendaki maupun tenda lain yang ada disabana 2.
Silhouette of Anaphalis Viscida @savana 2 |
Pagi hari alarm yang terpasang sudah nyaring berbunyi, tapi kami masih asik dengan kehangatan SB masing-masing. Sampai pada saat fatin mengeluhkan kondisinya, kondisi mata yang sempat terantuk batu ketika menuju pos 3 siang kemarin. Kondisi nyawa yang belum 100 persen terkumpul, sampai tidak sadar telah mengabaikan keluhan Fatin ya ampun Fatin maafkan saya. Mbak Wulan, kakak satu ini yang selalu tidak tega melihat penderiataan orang lain bergegas bangun, serta mencari obat sakit kepala yang diminta Fatin. Dan obat yang ada ternyata berada di tenda sebelah mau tidak mau, mbak Wulan-pun terpaksa membangunkan Andhika. Sama hal-nya Andika yang nyawa-nya juga belum sepenuhnya 100 persen terdengar sedikit mengabaikan permintaan mbak Wulan. Selang beberapa saat akhirnya kami terbangun dengan sempurna. Semoga obat pereda sakit kepala ini bisa sedikit melegakan nyeri yang diderita Fatin.
Sempat ada wacana bahwa, saya, mbak Wulan tidak ikut summit. Mengingat kondisi kemarin yang sedikit menghambat. Sudah ikhlas kalo saya juga tinggal di tenda, dan lebih memilih untuk menyiapkan masakan untuk rekan-rekan yang ikut summit. Tapi mungkin Tuhan berkehendak lain, kami ber-6 sukses berangkat untuk menuju puncak. Dengan beberapa persiapan,packing sedikit properti narsis, beberapa makanan ringan serta minuman yang cukup kami masukan disalah satu daypack.
Bersiap untuk perjalanan menuju puncak, setelah menyapa beberapa camp pendaki yang berada dijalur entah kapan datang-nya mereka kami melanjutkan perjalanan. Sekira 5 menit berjalan, disisi kiri jalur ditemui tanah sedikit terbuka belakangan saya tahu ini merupakan pos 5, yang terlindung oleh pohon-pohon edelweys dan view langsung puncak Merapi. Dari pos 5 trek mulai menanjak menuju puncak triangulasi .Tumbuhan edelweys dan trek terbuka angin dan kabut sesekali leluasa menerjang kami yang merayap diantara tanjakan-tanjakan terjal ini. Lagi-lagi saya dan mbak wulan tertinggal jauh dibelakang sampai pada akhirnya. Penampakan-penampakan yang tidak asing lagi terlihat dari kejauhan. Hah mereka Andika dan teman teman sudah tiba di puncak triangulasi teriakan-teriakan nama kami berdua terdengar saling bersahutan dari atas sana .
With pak Ketuplak Si_Ben |
Twin Mountains (Sumbing_Sindoro) |
Lebih dari 60 menit kami habiskan untuk menikmati puncak Syarif, sempat mengambil beberapa video khusus untuk ucapan ulang tahun buat sahabat kita tersayang Molidiah cewek sejuta pesona, ada keuntungannya juga sebenarnya tidak ada keikutsertaan moli disini, kami bisa memberikan satu surprise untuk Moly dan kk Anik. Juga ada Fatin yang mengambil video untuk perayaan kelulusan salah seorang sahabatnya.
Puas menikmati puncak, kami bergegas turun berjibaku dengan debu. Kondisi jalur berdebu yang tidak padat memudahkan langkah kami untuk bermain sky ala debu Merbabu, hanya butuh waktu kurang dari 45 menit kami tiba di camp sabana 2. Yihaaaaaaaa tiba di camp dengan selamat senatausa. Segera manyiapkan sarapan dan kali ini menu istimewa brokoli campur-campur :D. Kami tidak menyiakan waktu yang tersisa, segera packing dan bergegas meninggalkan camp sabana 2 untuk perjalanan pulang. Perjalanan turun bukan perjalanan yang mudah, turunan curam minim pegangan dan licin ,menjadi penghambat tersendiri. Kali ini formasi kami lebih intens kami ber-enam tidak saling meninggalkan. Tiga setengah jam perjalanan kami akhirnya tiba di pintu pendakian Selo,HOREEEE.
Satu persatu menunggu antrian ritual membersihkan diri di kamar mandi basecamp pak parman. Selanjutnya kami menunggu mobil carteran APV (merah) udah pada tau kan ya mobil nya siapa :D untuk mengantarkan kami kembali ke Solo. Praktis pukul 19.00 WIB kami meninggalkan Selo kaki gunung Merbabu menuju Solo. Dua jam perjalanan, kami sampai di kota Solo. Mengantarkan mbak Wulan di terminal Tirtonadi Solo, dan sekaligus mengisi perut yang sudah mulai protes semenjak siang tadi. Kami berlima melepas kepulangan mbak Wulan di terminal Solo. Dan selanjutnya kami berlima menumpang taxi menuju Solojebres untuk menanti kreta kami masing-masing. Beruntung jam keberangkatan kereta kami yang hampir bersamaan, kereta Andhika serta rekan-rekan pukul 12.02 a.m dan kereta saya pada pukul 12.08 a.n. Usai saling berpamitan dengan rombongan Jakarta,kami lagsung menuju kereta masing-masing. Ada perasaan yang pilu saat berpisah "Perjalanan mungkin berakhir namun pengalaman dan pembelajaran akan
selalu menjadi kenangan dan sejarah dalam cerita kehidupan kita
masing-masing. Saya yang kali ini pulang seorang diri merasasedikit canggung :( membayangkan seorang diri di dalam gerbong yang sesak :(
Kembali lagi, menikmati tujuh jam perjalanan di KA Matarmaja, seorang diri. Malam berganti pagi, matahari akhirnya menyinari. Selasa,30 September 2014 pukul 06.45 Waktu Indonesia Bagian Malang ,saya tiba di stasiun kota lama Malang. Bergegas menuju kost tercinta, dan segera menyiapkan diri untuk kembali bekerja.
Sampai jumpa diperjalan selanjutnya"
Salam +anke junafi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar