Senin, 17 Maret 2014

Jodoh: Dipilih atau Memilih?"

" Jodoh: Dipilih atau Memilih?"  Bersama Salim AFillah

~Sebuah Ringkasan~

Pertama
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak
wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak
bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.
Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua
wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan
Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci
yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah
istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun.
Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka?
No!


Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah
dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di
dunia atau tidak, melainkan bagaimana
memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh:
akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata
dunia.
Ketiga
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang
kemudian menjadi ujian bagi kita adalah
bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda
rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Keempat
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal
Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu
terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita
adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan
dimana, itu terserah Allah.
Kelima
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita
menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan,
bahwa yang baik untuk yang baik. Maka,
mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama
dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Keenam
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses
seumur hidup. Rumus terpenting: jangan
berekspektasi berlebihan dan jangan merasa
sudah sangat mengenal sehingga berhak
menafsirkan perilaku pasangan.
Ketujuh
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan
yang baik adalah melihat interaksinya dengan
empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman
sebayanya, dan anak-anak.
Kedelapan
Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah
yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru,
teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak
memiliki kepentingan tertentu yang
menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak
dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan
menemuinya langsung atau melalui surat dengan
tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu
lebih baik daripada digantung.
Kesembilan
Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita,
menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu
dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada
banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar
menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu
hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun
lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita
bisa menuntut jika dia melanggar janjinya,
kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta
hitam diatas kertas putih bermaterai.
Kesepuluh
Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran
ideal seorang pangeran tapi shalih datang
melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua
faktor itu yang paling mungkin membawamu dan
keluargamu ke syurga?



Tidak ada komentar: