Siapa yang tidak mengenal Prawirotaman,sejak pertama kali saya menapakkan kaki di Jogja,saya pun jatuh cinta dengan jalan satu ini ,kampung touris yang juga mendapat julukan Legian-nya Jogjakarta.Iyaa,,!! Prawirotaman, sebuah kawasan yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota Yogyakarta bisa menjadi alternatif ketika bingung mencari tempat penginapan.Kawasan yang tidak hanya menyediakan penginapan yang unik dan terjangkau, namun juga terdapat sederet agen tour & travel, warnet dan wartel, cafe dan resto,artshop hingga bookshop.Begitu memasuki jalan ini nuansa kampung tengah kota sangat familiar.,mulai dari lalu lalang kendaraan hingga sapaan ramah warga yang umumnya mampu menggunakan bahasa Inggris hmmm,saya terkagum-kagum.Lebih tepatnya saya memiliki tambahan daftar kota yang membuat saya jatuh cinta.
Mb iwul-juna-dee-mus-irwan [di sudut cafe]
“Tulislah ceritamu sendiri, maka engkau akan menjadi sebuah pribadi.” Perjalanan untuk perubahan.
Sabtu, 18 Januari 2014
Menjelang Senja Di Kampung Turis Prawirotaman
Ngajokjakarto,Minggu,12 Jan 2014
Kamis, 16 Januari 2014
Jatuh Cinta Padamu Ullen Sentalu
Sunny Sunday,12 jan 14,,
Siang itu saia dan rekan -rekan berkesempatan mengunjungi museum yang membuat diriku sungguh mati aku jadi penasaran ini hiyaaa malah *nyanyi*.Iyaa museum Ullen Sentalu. Museum ullen sentalu merupakan sebuah museum swasta milik yayasan ulating blencong yang berada dikawasan lereng gunung Merapi-Kaliurang-Sleman-Jogjakarta.Museum yang berdiri di atas tanah bernama Taman Kaswargan.Lokasi ini dipilih lantaran mempresentasikan satu peristiwa besejarah yogjakarta ,yakni kembalinya Yogjakarta sebagai ibu kota negara RI dari genggaman Belanda pada tahun 1949.Kemudian alasan dipilihnya Taman kaswargan sebagai tempat Ullen sentalu dikarenakan letak nya yang tinggi di(lereng gunung merapi). Dalam pandangan filosofis masyarakat jawa,gunung memiliki nilai mistik ,maka dari itu museum ini secara implisit juga menyampaikan bahwa berbagai hal yang direkam,dipamerkan dan dikisahkan dalam 7 ruang eksposnya mempresentasikan keluhuran serta keagungan warisan budaya jawa.
Rabu, 15 Januari 2014
Suatu Saat Kita Akan Ke India, Sayang
kita akan berjalan-jalan ke India, sayang.
berpakaian sederhana, dengan kacamata hitam dan berkalung kamera.
berlari di antara pasar dan kuil-kuil, dimana tanganmu menggandengku erat.
Kita tidak pergi ke Taj Mahal.
kita mencari ketenangan di antara ashram, mungkin di Ladakh atau Agra.
bermeditasi dalam sunyi selama satu atau dua minggu untuk kemudian berpindah lagi.
kemudian aku sibuk menertawakanmu saat mencicip asamnya yogurt di dalam saus canai, saat kita pelesir di Kolkata.
Kemudian,
dengan bis kaleng yang panas kita menyusur jalanan berpuluh jam untuk mencapai Kashmir.
dataran tinggi dengan pucuk-pucuk gunung yang memutih karena salju,
dan padang bunga tulip yang membuatku tak bisa berkata-kata saking indahnya.
kamu tidak menghadiahi aku sekuntum bunga. cukup kamu fotokan saja dan tunjukkan padaku.
“kita tidak mengambil apapun kecuali foto, kan?” katamu dengan senyum yang paling manis.
Di antara sungai-sungai gletser yang mengalir perlahan di tengah musim panas,
kita melompat berkecipak seperti anak kecil.
sepatu-sepatu kita sudah basah oleh air, tas kita kotor oleh debu gunung, keringat sudah mengering walau beberapa hari tidak mandi, rambutmu pun sudah kusut tertiup angin.
tetapi kita tetap yang paling bahagia hari itu.
Lalu mataku berbinar bahagia ketika tahu,
ternyata kamu tidak lupa kemana aku ingin pergi sejak dulu.
masih dengan sebuah bis kaleng yang panas, kita beranjak ke Nepal.
berpuluh jam pula, jauh, melelahkan.
tapi matamu tidak akan pernah beranjak dariku, memastikan bahwa aku tertidur dengan lelap di bahumu.
Yang selama ini kucari menunggu kita di sana.
kesesakan Kathmandu yang begitu candu,
lorong-lorong sempit di antara rumah bata berjendela ukir,
kuil-kuil yang ramai didatangi pendoa dan sesajen berwarna-warni yang berbau khas,
tari-tarian sepanjang sore dari anak-anak di Durbar Square,
atau kita, sekedar menyaksikan matahari terbenam dari balkon hotel sembari menyesap secangkir susu yak.
Lalu, apalagi yang lebih indah dari Tibet, sayang.
kita berdua tahu itu, dibalik keindahannya kita mafhum tentang konflik berkepanjangan yang belum juga selesai.
tapi hari-hari itu hanya milik kita berdua, sayang.
masih selalu kubayangkan Annapurna, Namche Bazaar, dan hari-hari melelahkan menyusuri punggungan Everest,
bersamamu.
Apakah kau, yang disana, juga mungkin memikirkan petualangan yang sama?
kemudian aku sibuk menertawakanmu saat mencicip asamnya yogurt di dalam saus canai, saat kita pelesir di Kolkata.
Kemudian,
dengan bis kaleng yang panas kita menyusur jalanan berpuluh jam untuk mencapai Kashmir.
dataran tinggi dengan pucuk-pucuk gunung yang memutih karena salju,
dan padang bunga tulip yang membuatku tak bisa berkata-kata saking indahnya.
kamu tidak menghadiahi aku sekuntum bunga. cukup kamu fotokan saja dan tunjukkan padaku.
“kita tidak mengambil apapun kecuali foto, kan?” katamu dengan senyum yang paling manis.
Di antara sungai-sungai gletser yang mengalir perlahan di tengah musim panas,
kita melompat berkecipak seperti anak kecil.
sepatu-sepatu kita sudah basah oleh air, tas kita kotor oleh debu gunung, keringat sudah mengering walau beberapa hari tidak mandi, rambutmu pun sudah kusut tertiup angin.
tetapi kita tetap yang paling bahagia hari itu.
Lalu mataku berbinar bahagia ketika tahu,
ternyata kamu tidak lupa kemana aku ingin pergi sejak dulu.
masih dengan sebuah bis kaleng yang panas, kita beranjak ke Nepal.
berpuluh jam pula, jauh, melelahkan.
tapi matamu tidak akan pernah beranjak dariku, memastikan bahwa aku tertidur dengan lelap di bahumu.
Yang selama ini kucari menunggu kita di sana.
kesesakan Kathmandu yang begitu candu,
lorong-lorong sempit di antara rumah bata berjendela ukir,
kuil-kuil yang ramai didatangi pendoa dan sesajen berwarna-warni yang berbau khas,
tari-tarian sepanjang sore dari anak-anak di Durbar Square,
atau kita, sekedar menyaksikan matahari terbenam dari balkon hotel sembari menyesap secangkir susu yak.
Lalu, apalagi yang lebih indah dari Tibet, sayang.
kita berdua tahu itu, dibalik keindahannya kita mafhum tentang konflik berkepanjangan yang belum juga selesai.
tapi hari-hari itu hanya milik kita berdua, sayang.
masih selalu kubayangkan Annapurna, Namche Bazaar, dan hari-hari melelahkan menyusuri punggungan Everest,
bersamamu.
Apakah kau, yang disana, juga mungkin memikirkan petualangan yang sama?
sumber
Rabu, 01 Januari 2014
Welcome 2014
Kamis,01 Januari 2014
LEMBAR pertama di bulan Januari kalender 2014.
Mari membuka lembar baru dengan semangat baru dengan semangat yang lebih berkobar.Tiada henti-henti bersykur atas nikmat dan karunia-Mu yang telah diberikan di tahun 2013.Banyak hikmah dan karunia di tahun 2013 yang bisa dijadikan acuan untuk melangkah yang lebih baik ditahun 2014.
Langganan:
Postingan (Atom)